Minggu, 16 Mei 2010

Bank Indonesia Cirebon

Berputar-putar di simpang Pasuketan ini, ke Pelabuhan, wihara Dewi Welas Asih, Bank Mandiri hanya untuk mencari tulisan jalan bernama Yos Sudarso. Fiuh, ga ada tuh, kami tidak tahan untuk tidak bertanya. Dan orang yang kami pilih adalah bapak berseragam dari Satuan Polisi Pamong Praja yang kantornya tidak jauh dari Simpang Pasuketan ini. Apakah yang kami tanya? Langsung pada sasasaran, Gedung Bank Indonesia. Gedung Bank Indonesia ini merupakan salah satu icon wajib dalam perjalanan ala MPK. Gedung ini pada umumnya memiliki arsitek yang keren dan tentu sangat terawat (sejauh yang kami tahu kecuali Surabaya). Setelah bertanya, kamipun diberikan arahan yang sangat gamblang. (bapak ini adalah orang ramah ketiga yang kami jumpai, setelah akang di Kanoman, bapak di Kasepuhan dan sekarang bapak di Satpol PP). Rutenya, dari depan BAT, seberang Bank Mandiri lurus aja sampai ada pertigaan pertama belok kiri, kemudian lurus lagi ada pertigaan belok kiri lagi. Tepat di sebrangnya adalah Bank Indonesia. Terima kasih pak.

Gedung Bank Indonesia ini memiliki perbedaan dengan gedung Bank Indonesia lainnya. Gedung ini dari awal dibangunnya memang merupakan sebuah bank, dulu adalah kantor De Javasche Bank (DJB) Cabang Cirebon yang dibuka pada 31 Juli 1866 dan baru beroperasi tanggal 6 Agustus 1866 dengan nama Agentschap van De Javasche Bank te Cheribon. Pembukaan kantor cabang ini berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Jenderal Hindia Belanda Nomor 63 tanggal 31 Juli 1866. Kantor ini merupakan kantor cabang kelima setelah Semarang, Surabaya, Padang dan Makassar. Peletakan batu pertama pembangunan gedung ini dilakukan pada tanggal 21 September 1919 oleh Jan Marianus Gerritzen. Arsitek bangunan ini sama dengan arsitek gedung BAT yang dibangun tahun 1924. Gedung ini selesai dibangun dan digunakan tanggal 22 Maret 1921. Dari catatan sejarah, gedung ini dari awal hingga sekarang yang menjadi gedung Bank Indonesia tetap pada lokasi tersebut dan merupakan satu-satunya gedung kantor Bank Indonesia yang hanya mempunyai satu kubah, sehingga kesannya lebih ramping. Di Yogya ada 2 kubah memanjang (kami juga mengambil gambarnya pada uploadan yang lalu).

Selesai dengan gedung BI, kami sempat berdiskusi dan membuka kembali rute perjalanan kami. Terus terang kami blank sampai di sini. Kemana dulu yang lebih dekat. Sambil berjalan kami bertanya kembali ke bapak berseragam, kali ini korban kami adalah petugas keamanan dari sebuah kantor apa yang kami lupa lagi untuk kali kesekian (amnesia bukan? Dikit-dikit lupa…^^). Apakah kami menjadi orang beruntung yang mendapatkan keramahan Cirebon? Yak ternyata kami termasuk orang yang beruntung itu. Kami memberikan alternatif, apakah ke kantor Balai Kota ataukah Masjid Panjunan yang lebih dekat? Kemudian bapaknya memberikan gambaran plus rute angkotnya. Angkot? Terima kasih, kami memilih jalan kaki saja. Saran dari bapak itu adalah Panjunan terlebih dahulu, dan dari Panjunan lebih dekat ke Balai Kota di Siliwangi. Rutenya, kembali ke Pasuketan, nglewati BAT lagi trus kalau ketemu Hero kita lewat belakangnya. Kemudian luruuuuus melewati tukang parfum-parfum (kampung Arab), ada gang ke kanan belok kanan, dari jalan besar kelihatan kok masjidnya. Terima kasih pak kami ikuti saran bapak.

di posting dari http://anyerpanarukan.blogsport.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar